A.
Tempat Observasi : Makam Drs. RMP Sosrokartono
B.
Latar Belakang
Sejarah merupakan rangkaian masa lalu
yang syarat akan makna bagi kehidupan manusia, baik untuk masa sekarang maupun masa
yang akan datang. Kesadaran akan sejarah perlu ditumbuhkembangkan agar kita
bisa mengenali jati diri dan menjadi masyarakat yang tidak mudah tergoyahkan
dalam era glbalisasi yang membawa pengaruh demikian kuat sehingga mampu
menggeser nilai-nilai kehidupan.
Upaya yang kami lakukan ini adalah
melakukan studi lapangan di “Cagar Budaya Pemakaman
Sedo Mukti Drs. RMP Sosrokartono”
yang ada di desa Kaliputu. Dengan melakukan hal tersebut merupakan salah satu
sumbangsih yang amat berharga dalam menanamkan kesadaran sejarah bagi
masyarakat Kudus khususnya. Ini amat penting bagi pembaca pada umumnya,
disamping untuk memberikan informasi historis, agar bisa dipetik nilai-nilai
keteladanan dari para tokoh yang terlibat didalamnya, sebagai suri tauladan
dalam kehidupan, juga bisa mengetahui kapada masyarakat tentang sebuah fakta
sejarah.
C.
Hasil Observasi
A.
Sejarah Cagar Budaya Pemakaman Sedo Mukti Drs. RMP Sosrokartono
Nama RMP Sosrokartono adalah
singkatan dari Raden Mas Panji Sosrokartono, beliau lahir di Mayong pada hari
Rabu Pahing tanggal 10 April 1877 M. Beliau adalah putera R.M. Adipati Ario
Sosroningrat, bupati Jepara. Semenjak kecil beliau sudah mempunyai
keistimewaan, beliau cerdas dan mempunyai kemampuan membaca masa depan.
RMP Sosrokartono
adalah kakak dari tokoh pejuang emansipasi wanita yaitu RA
Kartini. RA Kartini kini diakui sebagai Pahlawan Nasional, karena perjuangannya
menegakkan kesetaraan pria dan wanita dalam memperoleh hak haknya.. Sementara
RMP Sosrokartono kini ibarat tokoh yang terlupakan, meskipun ada sekelompok
warga masyarakat yang mengenangnya sebagai pribadi yang luhur. Padahal sebenarnya RMP Sosro Kartono adalah seorang
panutan dari RA Kartini.
RMP Sosrokartono
adalah seorang tokoh yang hidup sederhana, tidak suka dengan kedudukan dan
jabatan, serta suka menolong sesama. Semasa hidupnya RMP Sosrokartono tidak
mempunyai istri, keturunan, murid, maupun wakil. Beliau berpendapat bahwa
temannya adalah Allah.
Sehingga dengan melihat karakter RMP Sosrokartono
itulah kemudian belaiau tidak ingin terkenal dan tidak ingin dikenal selain
sebagai pribadi yang sangat sederhana yang suka menolong tanpa pamrih
sebagaimana di yakini oleh beliau sehingga mampu menciptakan rumusan rumusan
kehidupan sebagai Mandor Klungsu, Joko pring, Rumusan Ilmu Kantong Bolong,
menciptakan ilmu Nglurug Tanpa Bala, Sugih Tanp Banda, Digdaya tanpa Aji dan
lainnya.
Setelah tamat dari Eropesche Lagere School di Jepara, RMP
Sosrokartono melanjutkan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Pada tahun 1898
meneruskan sekolahnya ke negeri Belanda. Mula-mula masuk di sekolah Teknik
Tinggi di Leiden, tetapi merasa tidak cocok, sehingga pindah ke Jurusan Bahasa
dan Kesusastraan Timur. Beliau merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang
meneruskan pendidikan ke negeri Belanda, yang pada urutannya disusul oleh
putera-putera Indonesia lainnya. Dengan menggenggam gelar Docterandus
in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden, beliau mengembara ke seluruh
Eropa, menjelajahi pelbagai pekerjaan.
Pada tahun 1917, koran Amerika The New York Herald
Tribune, di kota Wina, Ibukota Austria, membuka lowongan kerja sebagai wartawan
perang untuk meliput Perang Dunia I. Salah satu tes adalah menyingkat-padatkan
sebuah berita dalam bahasa Perancis yang panjangnya satu kolom menjadi berita
yang terdiri atas kurang lebih 30 kata, dan harus ditulis dalam 4 bahasa yaitu
Inggris, Spanyol, Rusia dan Perancis sendiri. Drs Raden Mas Panji Sosrokartono,
putra Bumiputra yang ikut melamar, berhasil memeras berita itu menjadi 27 kata,
sedangkan para pelamar lainnya lebih dari 30 kata. Persyaratan lainnya juga
bisa dipenuhi oleh RMP Sosrokartono sehingga akhirnya ia terpilih sebagai
wartawan perang surat kabar bergengsi Amerika, The New York Herald Tribune. Supaya pekerjaannya lancar ia juga diberi pangkat Mayor oleh Panglima Perang
Amerika Serikat.
RMP
Sosrokartono seorang poliglot, ahli banyak bahasa. Ia menguasai 36 bahasa,
yaitu 26 bahasa asing dan 10 bahasa suku
di tanah Nusantara. Sebelum ia menjadi wartawan the New York Herald Tribune, ia
bekerja sebagai penterjemah di Wina, ibukota Austria. Di Wina ia terkenal
sebagai seorang “jenius dari Timur”. Ia juga bekerja sebagai wartawan beberapa
surat kabar dan majalah di Eropa. Di dalam buku ‘Memoir’ Drs Muhammad Hatta
diceritakan kalau RMP Sosrokartono mendapat gaji 1250 Dollar dari surat kabar
Amerika.
Sebelum Perang
Dunia I berakhir, pada bulan November 1918, RMP Sosrokartono terpilih oleh blok
Sekutu menjadi penterjemah tunggal, karena ia satu-satunya pelamar yang
memenuhi syarat-syarat mereka yaitu ahli bahasa dan budaya di Eropa dan juga
bukan bangsa Eropa. Dalam ‘Memoir’ tulisan Drs Muhammad Hatta ditulis kalau RMP
Sosrokartono juga menguasai bahasa Basque, menjadi penterjemah pasukan Sekutu
kala melewati daerah suku Basque. Suku Basque adalah salah satu suku yang hidup
di Spanyol.
Ketika Perang Dunia I menjelang akhir, diadakan perundingan perdamaian
rahasia antara pihak yang bertikai. Pihak-pihak yang berunding naik kereta api yang kemudian berhenti di hutan
Compaigne di Perancis Selatan. Di dalam kereta api, pihak yang bertikai
melakukan perundingan perdamaian rahasia. Di sekitar tempat perundingan telah
dijaga ketat oleh tentara dan tidak sembarangan orang apalagi wartawan boleh
mendekati tempat perundingan dalam radius 1 km. Semua hasil perundingan
perdamaian rahasia tidak boleh disiarkan, dikenakan embargo sampai perundingan
yang resmi berlangsung. Dalam Sejarah Dunia, Perundingan Perdamaian Perang
Dunia ke I yang resmi berlangsung di kota Versailles, di Perancis. Dan dengan
kecerdasannya RMP Sosrokartono bisa mendapat
hasil perundingan perdamaian yang amat dirahasiakan dan dijaga ketat. Itu merupakan salah satu prestasi luar biasa RMP Sosrokartono sebagai wartawan perang.
Tahun 1919
didirikan Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) atas prakarsa Presiden Amerika
Serikat Woodrow Wilson. Dari tahun 1919 sampai 1921, RMP Sosrokartono, anak
Bumiputra, mampu menjabat sebagai Kepala Penterjemah untuk semua bahasa yang
digunakan di Liga Bangsa-Bangsa. Ia berhasil mengalahkan poliglot-poliglot dari
Eropa dan Amerika sehingga meraih jabatan tersebut. Liga Bangsa-Bangsa kemudian
berubah nama menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Organization)
pada tahun 1921. Tahun 1919 RMP Sosrokartono juga diangkat menjadi Atase
Kebudayaan di Kedutaan Besar Perancis di Belanda.
Sampai suatu
ketika terdengar berita tentang sakitnya seorang anak berumur ± 12 tahun. Anak
itu adalah anak dari kenalannya yang menderita sakit keras, yang tak kunjung
sembuh meki sudah diobati oleh beberapa dokter. Dengan dorongan hati yang penuh
dengan cinta kasih dan hasrat yang besar untuk meringankan penderitaan orang
lain, saat itu juga beliau menjenguk anak kenalannya yang sakit parah itu.
Sesampainya di sana, beliau langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu
dan terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba si bocah yang sakit itu mulai
membaik dengan hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh. Kejadian
itu membuat orang-orang yang tengah hadir di sana terheran-heran, termasuk juga
dokter-dokter yang telah gagal menyembuhkan penyakit anak itu. Setelah itu, ada
seorang ahli Psychiatrie dan Hypnose yang menjelaskan bahwa sebenarnya Drs.
R.M.P. Sosrokartono mempunyai daya pesoonalijke magneetisme yang
besar sekali yang tak disadari olehnya.
Mendengar
penjelasan tersebut, akhirnya beliau merenungkan dirinya dan memutuskan
menghentikan pekerjaannya di Jenewa dan pergi ke Paris untuk belajar
Psychometrie dan Psychotecniek di sebuah perguruan tinggi di kota itu. Akan
tetapi, karena beliau adalah lulusan Bahasa dan Sastra, maka di sana beliau
hanya diterima sebagai toehoorder saja, sebab di Perguruan Tinggi tersebut
secara khusus hanya disediakan untuk mahasiswa-mahasiswa lulusan medisch
dokter.Beliau kecewa, karena di sana beliau hanya dapat mengikuti mata kuliah
yang sangat terbatas, tidak sesuai dengan harapan beliau. Di sela-sela hati
yang digendam kecewa, datanglah ilham untuk kembali saja ke tanah airnya.
RMP
Sosrokartono pulang ke tanah air tahun 1925. Ia kemudian menetap di kota
Bandung. Supaya RMP Sosrokartono tidak ikut kegiatan politik yang sedang marak
saat itu. RMP Sosrokartono kemudian ditawari berbagai jabatan dari Pemerintah
Kolonial Belanda seperti jabatan Bupati, Adviseur Voor Inlandse Zaken dan
Direktur pada Museum Bataviaasch Genootschaap Van Kunsten en Wetenschappen di
Jakarta. Namun tawaran jabatan itu ditolak RMP Sosrokartono. RMP Sosrokartono
memilih menjadi Kepala Sekolah di Perguruan Taman Siswa, nationale Middlebare
School yang baru didirikan di Bandung. Guru-guru di sekolah Taman Siswa
itu antara lain Ir Soekarno, Dr Samsi, Mr Sunario dan Mr Usman Sastroamidjoyo.
Tahun 1927, RMP
Sosrokartono terpaksa keluar dari Perguruan Taman Siswa karena tekanan
Pemerintah Kolonial Belanda terhadapnya sudah tak tertahankan lagi. RMP
Sosrokartono kemudian sering melakukan ‘tarak brata’, tidak mau menikmati
kemewahan, bahkan dalam beberapa hari di tiap harinya beliau hanya makan dua
buah cabe atau sebuah pisang. Selanjutnya ia jadi suka berpuasa tanpa berbuka
dan bersahur, dan juga tidak tidur selama berhari-hari, biasanya sampai 40 hari
lebih.
Pada tanggal 30 April 1930 RMP Sosrokartono mendirikan
Rumah pengobatan Pondok Darussalam (tempat nan damai) yang merupakan rumah panggung
yang terbuat dari kayu dengan dinding bambu. Rumah itu dibangun memanjang
membentuk huruf L sepanjang Jalan Pungkur Bandung (sekarang Jalan Dewi Sartika).
Bangunan itu tepat berada di depan terminal angkutan kota Kebun Kelapa
sekarang.Kini bangunan itu sudah tidak ada lagi. Penghuninya sudah berganti,
begitu juga nomor rumahnya, yang sudah memakai nomor baru yang dipakai sejak 1960-an.
Orang Jawa yang
berobat kepadanya menyebut beliau ‘Ndoro Sosro’, Orang Sunda menyebutnya
‘Dokter Cai’ atau ‘Juragan Dokter Cai Pengeran’ atau Dokter Alif, Orang Belanda
dan Indo Belanda menyebutnya ‘Oom Sos’ dan kalangan kedokteran menyebutnya
‘Wonder Dokter’ (bahasa Belanda artinya dokter ajaib).
Ketika di Pondok Darussalam, RMP
Sosrokartono sering ditemui oleh Ir Soekarno. Beliau menggoreskan huruf Alif di atas kertas putih seukuran prangko dan menyelipkannya
ke dalam peci Ir Soekarno. Ir Soekarno pula kerap datang
untuk belajar bahasa kepada Sosrokartono.
Pondok Darussalam, selain menjadi
rumah pengobatan, juga sebuah perpustakaan. Di perpustakaan inilah tokoh
pergerakan Indonesia sering berkumpul, termasuk Ir Soekarno. Bung Karno juga
diminta mengajar di sekolah itu bersama Dr Samsi dan Soenarjo SH. Gedung ini
juga dipakai oleh Partai Nasional Indonesia dan Indonesisch Nationale
Padvinders Organisastie pimpinan Abdoel Rachim, mertua Bung Hatta. Kepeloporan
Kartono sebagai tokoh pendidikan inilah yang hendak dikenangSukadiah
Pringgohardjoso, mantan Duta Besar RI untuk Denmark (1981-1984).
Pada hari Jum'at Pahing, tanggal 8 februari 1952 di rumah Jl. Pungkur No.
19 Bandung, yang terkenal dengan sebutan Pondok Darussalam, Drs. R.M.P.
Sosrokartono kembali ke Sang Pencipta dengan tenang dan tentram. Beliau
kemudian dibawa ke Kudus dan dimakamkan di Pemakaman Sedo Mukti,
Desa Kaliputu, Kudus, Jawa Tengah. Di sebelah kiri makam Drs. R.M.P.
Sosrokartono terdapat makam ibunya Nyai Ngasirah
(sebagai penghormatan maka di bangun Gedung Ngasirah) dan bapaknya RMA
Sosroningrat. Beliau dimakamkan di Pemakaman Sedo Mukti karena pemakaman
tersebut adalah pemakaman keluarganya. Pemakaman tersebut telah ada sejak buyut
beliau yaitu Kandjeng Pangeran Ario Tjondronagoro IV (Bupati Kudus-Demak
1837-1865).
Kandjeng Pangeran Ario Tjondronagoro
IV memberi pesan agar semua keturunan beliau harus di makamkan di Pemakaman Sedo
Mukti. Maka dari itu Drs. R.M.P. Sosrokartono di makamkan di Pemakaman Sedo
Mukti. Pemakaman tersebut sangat luas, dan luasnya mencapai 2 hektar. Tetapi
untuk RA Kartini tidak di makamkan di Pemakaman Sedo Mukti, karena beliau di
makamkan dekat dengan suaminya di Jepara. Padahal sampai sekarang masih ada
lahan kosong yang dalu sudah disiapkan untuk pemakaman RA kartini. Sampai
sekarang lahan itu dibiarkan tetap kosong, lahan yang kosong tersebut ada di
samping makam Drs. R.M.P. Sosrokartono.
B. Silsilah
Keluarga Drs. RMP Sosrokartono
Ø
PRABU BRAWIJAYA (Raja Majapahit)
Ø LIMBU
NIRYOSO (Panembahan Bromo)
Ø
MENAK SIMBAR (Adipati Puger)
Ø
MENAK SUMENDO (Adipati Blambangan)
Ø
MENAK GANDORE (Adipati Babadan)
Ø
MENAK WARDATI Lumajang Tengah (Adipati Toposono)
Ø
MENAK LOEMPAT Blambangan (Sinuhun Rebut Payung)
Ø
PANGERAN KEDAWUNG Blambangan (Sinuhun Wawalangan)
Ø
LANANG DANGIRAN (Kyai Brondong)
Ø
PANGERAN ONGGOWWIDJOJO
Ø
TUMENGGUNG TJONDRONEGORO I (Bupati Surabaya)
Ø
ADIPATI ARIO TJONDRONEGORO II (Bupati Lamongan/Pati)
Ø
ADIPATI ARIO TJONDRONEGORO III (Bupati Kudus)
Ø
PANGERAN ARIO TJONDRONEGORO IV (BupatiKudus/Demak) +
RADEN AYU PANGERAN ARIO TJONDRONEGORO
Ø
R.N.A.A SOSRONINGRAT (Bupati Jepara) + M.A. NGASIRAH
Ø
RADEN MAS PANJI SOSROKARTONO
C.
Riwayat Singkat Drs. RMP Sosrokartono
10 April 1877 –
R.M.P Sosrokartono lahir di desa mayong, kabupaten Jepara.
1892 – Tamat E.L.S. Jepara
1897 – Tamat H.B.S. di Semarang
1897 – Berangkat ke
Negeri Belanda. Dia adalah mahasiswa Indonesia
pertama yang belajar di negeri
Belanda.
1897 – 1899 – Kuliah di Techniscbe Hogeschool di Delft.
– R.M.P. Sosrokartono pidato di depan
Kongres ke-25 Bahasa dan Kesusteraan
Belanda di Kota Gent (Belgia).
–
Kuliah di Fakultas Sastra dan Filsafat di Universiteit Leiden.
1901 – Sosrokartono
lulus sebagai Sarjana Muda
1903
– Terbit Majalah “Bintang Hindia” di negeri Belanda di bawah
pimpinan Dr
Abdul Rivai. Sosrokartono menjadi anggota redaksi Majalah tersebut.
8 Maret 1908 –
Sosrokartono lulus sebagai Doctrorandus di Leiden.
10 Nopember 1908
– Sosrokartono salah seorang
pendiri “Indische Vereenging”
di
Den Haag, negeri Belanda.
1917 – Sosrokartono terpilih sebagai Wartawan
Perang dari Surat
Kabar
Amerika bernama “The New York Herald”, setelah mengalami testing yang sangat
berat.
1918 – Sostrokartono terpilih oleh kelompok Blok
Sekutu sebagai
Juru Bahasa Tunggal
1919 – Diangkat Pemerintah Perancis Sebagai
Atase pada kedutaan
Besar Perancis di Den Haag, Negeri
Belanda.
1920
– Diangkat sebagai juru bahasa pada Volkenbond di Genewa
(Swiss)
– Pernah
menyembuhkan seorang anak Perancis di Genewa yang menderita sakit keras, di
mana dokter-dokter lain tidak sanggup.
1921 – Meninggalkan
Volkenbond, dan menjadi mahasiswa
Pendengar pada jurusan Psychometrie dan
Psychoteknik pada universitas Sorbonne di Paris, dibawah pimpinan Prof, Dr.
Charcos.
1925 – Sosrokartono pulang kembali ke Tanah Air,
dan menetap
di kota Bandung.
1927
– Perguruan Taman Siswa mendirikan “Nationale Middelbare
School”
di Bandung, dan Drs. R.M.P. Sosrokartono terpilih sebagai Direktur Sekolah.
Para Gurunya antara lainterdiri dari : Ir. Soekarno, Dr. Samsi, Mr. Sunario,
Soewandi, Mr. Usman Sastroamidjojo dan Iskandar Kartontenggolo.
1928
– Sosrokartono dengan mengenakan pakaian Jawa ala
Yogyakarta
menghadiri latihan Kepanduan bersama-sama dengan Ir. Soekarno, dan lain-lain
pemimpin pergerakan di Lapangan Tegallega bandung.
8 Pebruari
1952 – Drs. R.M.P. Sosrokartono wafat di Bandung. Keesokan
harinya diterbangkan dari Bandung ke
Semarang, kemudian dimakamkan di Sido Mukti Kudus.
10 April 1977 –
Seabad lahirnya Dr. R.M.P. Sosrokartono. Mr. Ahmad Subardjo
dengan diantar dan didampingi penulis
Solichin Salam telah
mengadakan acara-ziarah khusus ke makam
Sido Mukti Kudus.
D.
Peninggalan Sejarah di Cagar Budaya Pemakaman Sedo Mukti Drs. RMP
Sosrokartono
Peninggalan Drs. RMP
Sosrokartono di Pemakaman Sedo Mukti adalah huruf
alif dan beberapa buku tentang beliau. Huruf Alif tersebut melambangkan Allah,
Allah hanya satu, dan satu-satunya Tuhan yang wajib disembah.
Diungkapkan bahwa Drs. R.M.P.
Sosrokartono memiliki tiga buah Alif, yaitu :
1. Sang Alif warna hitam, dengan dasar
putih.
2. Sang Alif warna putih, dengan dasar
biru muda.
3. Sang Alif warna putih, dengan dasar
merah.
Huruf alif tersebut dipakai oleh Drs. RMP Sosrokartono untuk mengobati orang sakit.
Maksudnya disini adalah semua penyakit bisa disembuhkan atas dasar dan kehendak
Allah. Ketika melayani dan mengobati
orang-orang yang sakit, Drs. R.M.P. Sosrokartono selalu berdiri. Beilau kuat
sekali berdiri berjam-jam atau berhari-hari. Setelah mengobati orang-orang
sampai pukul 12 malam, Pondok Darussalam ditutup. Namun beliau tidak langsung
tidur, beliau seringkali bermain catur sampai jam 3 atau 4 pagi, itupun beliau
lakukan sambil berdiri.
Drs. RMP Sosrokartono
sebenarnya tidak pernah membuat buku, tetapi karena beliau merupakan salah satu
tokoh yang patut kita teladani, maka cantriknya (pengikutnya atau yang melayani
beliau / bukan murid atau wakil) membuat buku yang semua isinya adalah tentang
beliau dan pesan-pesan beliau. Semasa hidupnya Drs. RMP Sosrokartono ditemani
oleh cantrik, dan cantrik itu bernama Sudiani. Sudiani merasa harus membukukan
pesan-pesan serta perjalanan tentang Drs. RMP Sosrokartono, karena Sudiani
adalah satu-satunya orang yang menggerti perjalanan hidup Drs. RMP Sosrokartono.
Buku-buku tentang Drs.
RMP Sosrokartono adalah:
1. Renungan Rebo Paing ke – XXIII
2. Ilmu Kantong Bolong
3. Sangkan Paraning Dumadi
4. Kempalan Serat-serat
5. Kumpulan Surat-surat Drs. RMP Sosrokartono
6. Shantih Tuntunan Ethiko-Psikologik
7. Gema Suara
E. Nilai
Sejarah yang Terkandung di Cagar Budaya Pemakaman
Sedo Mukti Drs. RMP Sosrokartono
Nilai sejarah yang terkandung di cagar budaya Drs. RMP Sosrokartono antara lain
adalah ajaran, perilaku, pesan-pesan dan amanat beliau yang sampai sekarang
masih dikenang. Salah satu di antaranya
adalah:
1.
Berpendirian Catur Murti (4P)
Ada 4 hal yang di badan harus sama dan seimbang, yaitu Pikiran, Perasaan,
Perbuatan, dan Perkataan. Disini maksudnya adalah untuk menjadi seseorang yang
baik maka harus konsekuen.
2. Trimah mawi
pasrah. Suwung pamrih, tebih ajrih. Langgeng tan ana susah, tan ana seneng.
Antheng mantheng sugeng jeneng.
Artinya, “Menerima dengan pasrah. Tiada pamrih, jauh dari takut. Abadi
tiada duka, tiada suka. Tenang memusat, bahagia bertakhta.”
Ø Trimah mawi
pasrah
Konsep “trimah mawi Pasrah”, oleh
Drs. RMP Sosrokartono, diperjelas dengan apa yang pernah beliau katakan di
bawah ini :
“Ikhlas marang apa sing wes kelakon.
Trimah apa kang dilakoni.
Pasrah marang apa bakal ana.”
Artinya, “Ikhlas terhadap apa yang telah terjadi. Menerima apa yang
dijalani. Pasrah terhadap apa yang akan ada.”
Jadi, selain bergandengan dengan ilmu sabar, ilmu pasrah dan ilmu trimah
juga bergandengan dengan ilmu ikhlas, tidak mencari pamrih, tidak karena ingin
dipuji, tidak pamer kepada orang lain. Apa yang telah terjadi, biarlah terjadi,
karena kepasrahan akan membawa keridhaan, dan keridhaan akan membawa
keikhlasan, dan itulah sabar, sebuah sifat yang sangat disukai oleh Tuhan.
“Trimah mawi Pasrah” juga dapat diartikan bahwa manusia hanya dapat
berusaha, sedangkan Tuhanlah yang menentukan segalanya. Oleh karena itu,
janganlah terlalu menyesali nasib, karena dibalik derita ada bahagia, dibalik
kesusahan ada kemudahan. Yang pasrah akan mendapat kemudahan, yang ridha akan
mendapatkan ganti, yang sabar akan mendapatkan kemuliaan dan yang ikhlas akan
mendapat ketenangan dan kebahagiaan hati.
Ø Suwung pamrih,
tebih ajrih
” … Suwung pamrih, suwung ajrih, namung madosi barang ingkang sae, sedaya
kula sumanggaken dhateng Gusti … “
Artinya, ” … Tiada pamrih, tiada takut, hanya mencari sesuatu yang baik,
semua saya serahkan kepada Tuhan … “
“Yen kula ajrih, kenging dipun wastani ngandut pamrih utawi ancas ingkang
boten sae.”
Artinya, “Jika saya takut, boleh dikatakan (bahwa saya) menyimpan pamrih
atau niat yang tidak baik.”
“Luh ingkang medal sangking manah punika, dede luh ipun tangis pamrih,
nanging luh peresanipun manah suwung pamrih.”
Artinya, “Air mata yang keluar dari hati ini, bukanlah air matanya tangis
pamrih, tetapi air mata perasan hati yang kosong pamrih.”
Ketika kita menangis, menangislah karena syukur dan ikhlas, bukan karena
menginginkan imbalan yang tak kunjung tiba. Apalah artinya menantikan imbalan,
jika semua yang ada tak mengizinkan. Apalah artinya tangisan hanya gara-gara
ingin dipuji, dibalas atau diberi, jika kemuliaan jauh dari kita. Yang
terpenting adalah kedamaian, ketentraman, aman, kebahagiaan dan kemuliaan.
Pamrih itu hanya membuat seseorang menjadi penakut, picik, menderita,
menjenuhkan, bahkan dapat membuat orang menjadi hina.
3.
Sugih tanpa
bandha. Digdaya tanpa hadji. Ngalurug tanpa bala. Menang tanpa ngasoraken
Artinya, “Kaya tanpa harta. Sakti
tanpa azimat. Menyerang tanpa balatentara. Menang tanpa merendahkan.”
Demikianlah kata-kata mutiara yang
tertera pada salah satu batu nisan makam Drs. R.M.P. Sosrokartono di Sidhomukti
Kudus.
Ajaran Drs. R.M.P. Sosrokartono ini
tidak mengajak orang-orang Indonesia jadi orang yang melarat, miskin, tak punya
harta, sehingga mudah dipermainkan oleh mereka yang berharta. Tapi
sesungguhnya, kembali pada penjelasan bahwa orang kaya itu bukanlah karena
banyak harta bendanya, melainkan orang kaya itu adalah orang yang kaya hatinya,
yang kaya mentalnya.
4.
Kanthong Bolong
“Nulung pepadhane, ora nganggo mikir wayah, wadhuk, kanthong. Yen ana isi
lumuntur marang sesami.”
Artinya, “Menolong sesama, tidak perlu memakai pikiran waktu, perut, saku.
Jika (saku) berisi mengalir kepada sesama.”
Dengan demikian, maksud dari “Ilmu Kanthong Bolong” adalah sebuah
pengetahuan konkrit tentang sebentuk tempat yang selalu kosong, yang secara
pasti tempat itu tak pernah membiarkan sesuatu yang dimilikinya tetap ada,
karena tempat itu berlobang, maka apapun yang ditaruh di sana selalu mengalir,
sehingga menjadi kosong dan sunyi dari apa saja.
“Nulung tiyang kula tindakaken ing
pundi-pundi, sak mangsa-mangsa, sak wanci-wanci.”
Maksudnya, menolong orang itu dilaksanakan di mana-mana, sewaktu-waktu,
kapan saja.
Ø Beberapa
nama julukan Drs. RMP Sosrokartono yaitu:
1. MANDOR KLUNGSU
Klungsu artinya biji asam, bentuknya
kecil tapi keras (kuat) yang ketika ditanam dan dirawat sebaik-baiknya, maka
akan menjelma sebuah pohon yang besar-kekar, berdaun rimbun dan berbuah lebat.
Bukan sekedar biji buah asam,
melainkan kepala/pimpinannya. Pohon asam mulai dari pohon sampai bijinya, semua
dapat dimanfaatkan. Selain itu, mempunyai sifat kokoh dan tegar. Ketika melihat
kiprahnya sehari-hari, maka beliau hanya seorang Mandor, Mandor Klungsu, yang
harus menjalankan perintah Sang Pimpinan (Tuhan), serta mempertanggungjawabkan
semua karyanya selama itu kepada Tuhannya.
2. JAKA PRING
Jaka adalah jejaka/laki-laki yang belum (tidak) menikah dan Pring adalah bambu.
Pohon bambu adalah pohon yang sekujur tubuhnya dapat dimanfaatkan oleh
siapa saja yang berkepentingan dengannya. Pohon Bambu dapat dimanfaatkan untuk
membuat rumah, mulai dari tiang, atap, dinding, pagar, sampai atap-atapnya.
Bukankah orang-orang dahulu menjadikan daun bambu sebagai genteng rumah mereka?
Ranting-rantingnya dapat dijadikan kayu bakar atau pagar. Bambu dapat digunakan
untuk membuat balai-balai, sangkar, keranjang, tempayan, tembikar, kursi, dll.
Cikal bakal dari pohon bambu dapat dimanfaatkan untuk sayur/dimakan. Yang
jelas, semuanya dapat dimanfaatkan, semuanya dapat difungsikan atau dibutuhkan
sesuai kehendak orang yang bersangkutan.
Satu hal lagi, jenis bambu itu bermacam-macam. Sesuai dengan hajat
seseorang dalam memfungsikan bambu, maka ia mempunyai pilihan terhadap jenis
bambu yang mana ia butuhkan. Apakah bambu pethung, bambu ori, bambu wuluh,
bambu apus dan lain sebagainya.
Kutipan di atas juga mengutarakan bahwa, apapun jenis kita, bangsa kita,
agama kita, ras, warna kulit, perbedaan bahasa dan suku kita, kita tetap sama,
sama-sama tahu, sama-sama manusia.
Apapun jenis, warna dan bentuknya bambu, tetap bambu. Tak ada perbedaan,
semua sama belaka. Manusia yang satu dengan manusia yang lain adalah sama.
Seperti ketika beliau melakukan perjalanan ke luar Jawa, kemudian beliau
bertemu oleh sekian jenis manusia dengan status sosial yang berbeda. Bagi
beliau, semua manusia disejajarkan. Sikap egalitarisme tetap dijaga dan
dilestarikan.
Dalam kondisi dan situasi bagaimanapun dan di manapun, ingat akan
keterciptaan, teringat akan sesama, saling mengingatkan dan ingat kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Yang Maha Pemurah. Ketika manusia itu ingat kepada Tuhannya,
maka Tuhanpun akan ingat kepadanya.
F.
Tradisi di Cagar Budaya Pemakaman Sedo Mukti Drs. RMP Sosrokartono
Dahulu setiap tanggal 10 April
sering diadakan Syukuran dan do’a bersama oleh masyarakat untuk memperingati
hari lahir Drs. RMP Sosrokartono.
Tetapi sekarang sudah tidak diadakan lagi, karena tidak ada generasi penerus
untuk melestarikan tradisi syukuran dan do’a bersama tersebut. Sudah sekitar
lima tahun ini tradisi tersebut tidak ada.
Biasanya dahulu ketika
ada syukuran dan do’a itu tidak hanya dihadiri oleh masyarakat Kudus saja, akan
tetapi kebanyakan malah masyarakat dari luar kota yaitu Jakarta dan Surabaya.
Masyarakat luar Kudus lebih mengenal beliau karena beliau dahulu tinggal bukan
di Kudus.
G. Pengaruh Cagar Budaya Pemakaman Sedo Mukti Drs. RMP Sosrokartono terhadap
Masyarakat Kudus
Sebenarnya Cagar Budaya Pemakaman Sedo Mukti Drs. RMP Sosrokartono tidak berpengaruh
terhadap massyarakat Kudus. Karena sesuai dengan sikap Drs. RMP Sosrokartono
yang tidak ingin dikenal dengan masyarakat. Beliau lebih memilih untuk
menyendiri. Maka dari itu sampai sekarang jarang ada orang yang mengenal Drs.
RMP Sosrokartono. Sebaliknya yang dikenal dan dikenang oleh masyarakat adalah RA.
Kartini.
Sebagai penghormatan kepada Drs. RMP
Sosrokartono maka masyarakat Kudus yang mengenal beliau membuat jalan dengan
nama Drs. RMP Sosrokartono. Jalan tersebut berada di depan Pemakaman Sedo
Mukti. Dengan begitu diharapkan masyarakat Kudus mengenal dan selalu mengenang
beliau.
H. Upaya
Pelestarian Cagar Budaya Pemakaman
Sedo Mukti Drs. RMP Sosrokartono oleh Masyarakat Kudus
Upaya pelestarian Cagar Budaya Pemakaman Sedo Mukti Drs. RMP Sosrokartono oleh Masyarakat Kudus diantaranya adalah melalui media elektronik atau media cetak. Disini
masyarakat Kudus yang mengenal Drs. RMP
Sosrokartono mencoba untuk mengenalkan tentang Cagar Budaya Pemakaman
Sedo Mukti kepada masyarakat luar. Usaha ini dibuktikan dengan adanya berita
tentang Drs. RMP Sosrokartono
yang disebutkan bahwa beliau adalah seorang tokoh yang terlupakan.
Riwayat dan biografi Drs.
RMP Sosrokartono kini telah ada di internet, koran-koran, media elektronik, dan
media cetak lainnya. Dengan begitu masyarakat akan lebih mudah untuk
mengenal Drs. RMP Sosrokartono.
D.
Kesimpulan
Drs. RMP Sosrokartono lahir di Mayong pada hari Rabu Pahing tanggal 10
April 1877 M. Beliau adalah putera R.M. Adipati Ario Sosroningrat, bupati
Jepara. Beliau adalah kakak dari RA. Kartini. Semasa
hidupnya RMP Sosrokartono tidak mempunyai istri, keturunan, murid, maupun wakil.
Beliau
merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke
negeri Belanda.
Pada hari
Jum'at Pahing, tanggal 8 februari 1952 Drs. R.M.P. Sosrokartono kembali ke Sang
Pencipta Beliau kemudian dibawa ke Kudus dan dimakamkan
di Pemakaman Sedo Mukti, Desa Kaliputu, Kudus, Jawa Tengah. Pemakaman tersebuat
adalah pemakaman keluarga yang telah ada sejak buyutnya yaitu Kandjeng Pangeran Ario Tjondronagoro IV.
Pemakaman tersebut seluas 2 hektar, dan hanya untuk memakamkan keluarga dan
keturunan dari Kandjeng Pangeran Ario Tjondronagoro IV. Pemakaman tersebut
berada di Desa Kaliputu Kudus.
DAFTAR PUSTAKA
Subagio, Wibowo Ari. 2013. Terdapat pada RMP Sosro Kartono seorang tokoh
Nasional Yang Terlupakan. Diposting pada 08 Desember 2011
Xendro. 2013. RM Panji Sosrokartono. Terdapat pada http://xendro.wordpress.com/2007/10/24/rm-panji-sosrokartono/. Di posting
pada 24 Oktober 2007
INFORMAN
a.
Nama : T Sunarto
b.
Jabatan : Juru Kunci
c.
Alamat : Desa Kaliputu Kudus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar